Tentu kita pernah mendengar kata sehat, tidak hanya sekali
bahkan ratusan atau mungkin jutaan kali dalam kehidupan kita di muka bumi ini,
namun, apakah kita yang telah mendengar kata sehat berjuta kali baik dalam
bahasa asli atau bahasa asing sudah mengerti paling tidak pengertian atau
bahkan konsep sehat ?.
Dalam kamus "oxford Advanced Learner's
dictionary" kata health atau healthy yang dalam bahasa Indonesia biasa
diterjemahkan menjadi sehat atau kesehatan, "Health / noun / 1. the
condition of person's body or mind 2. the state of being physically and
mentally healthy" sedangkan Healthy "Healthy / Adjebctive/
having good health and not likely to become ill".
Dari penjelasan dalam kamus tersebut pastilah kita sudah
dapat paling tidak mengerti apa itu sehat dan atau kesehatan, jadi sehat adalah
"memiliki kesehatan yang baik dan kemungkinan tidak akan sakit"
sedangkan kesehatan adalah " kondisi fisik dan mental yang sehat".
Jadi, intinya adalah bahwa sehat merupakan kondisi fisik maupun mental
seseorang yang tidak mengalami sakit atau kelainan yang menyebabkan seseorang
itu menjadi sakit.
Sejarah
perkembangan kesehatan mental
Kesehatan mental merupakan hal yang penting bagi kehidupan
manusia. Ada sebuah kutipan puisi dari jaman romawi yang berbunyi "mens
sana in corpore sano" yang bisa diartikan sebagai "dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang sehat" atau "jiwa/pemikiran yang sehat dalam
tubuh yang sehat", jadi dari sedikit kutipan tadi kita paling tidak bisa
tahu bahwa ornag-orang jaman kerajaan romawi pun sudah peduli terhadap
kesehatan mental.
Sejarah kesehatan mental bisa
dimulai dari jaman mesir kuno hingga jaman modern, telah diketahui bahwa pada
jaman mesir kuno manusia sudah mkengenal kesehatan mental, namun pandangan
mereka tentang ketidak sehatan mental masih berhubungan dengan hal-hal magis,
dan itu pun masih terus berlanjut bahkan hingga akhir abad pertengahan atau
sekitar akhir abad ke-18. Orang-orang dari berbagai kebudayaan pada saat itu
percaya bahwa penyebab dari penyakit mental adalah adanya ketidak seimbangan
antara jiwa dan raga, atau dalam beberapa kebudayaan dianggap sebagai sebuah pengaruh
buruk dari iblis, setan dan atau jin, bahkan di abad pertengahan orang yang
mengalami gangguan mental banyak yang mati karena dianggap telah dirasuki oleh
setan dan disiksa agar setan itu keluar.
Namun, hal tersebut berakhir pada
akhir abad ke-19 dimana pada saat itu ilmu pengetahuan telah berkembang pesat
dan persepsi terhadap ketidaksehatan mental pun berubah dari magis menjadi
logis dengan adanya psikiatri. Misalnya, Sigmund freud bisa menjelaskan kasus
Hysteria yang dulu dianggap sebagai sebuah fenomena kesurupan dan kemasukan
setan, tetapi Freud bisa menjelaskannya melalui syaraf syaraf dan kemudian ia
mempelajari psikologi dan bisa menjelaskannya melalui psikologi.
Teori Kepribadian Sehat Menurut
Beberapa Aliran
Dalam
psikologi dikenal berbagai macam aliran dengan teorinya yang berbeda-beda,
begitu juga dengan pengertian kepribadian yang normal berbeda-beda pada tiap aliran.
Menurut Psikoanalisa:
Kepribadian
yang normal (sehat).
- Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
- Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
- Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. (Prayitno, dalam Ifdil)
Menurut Behaviorisme:
Behaviorisme
muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari
pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan
lanjutan dari fungsionalisme.
Prinsip dasar behaviorisme:
Prinsip dasar behaviorisme:
- Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
- Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
- Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
- Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
- Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
- Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Menurut Humanistik:
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik
terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan
pesimistik ala psikoanalisa.
Kepribadian
yang sehat menurut humanistic, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
- Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
- Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
- Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
- Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
- Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
- Memikul tanggung jawab.
- Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
- Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar