Selasa, 25 Maret 2014

KONSEP, SEJARAH, DAN PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL

Konsep Sehat
          Tentu kita pernah mendengar kata sehat, tidak hanya sekali bahkan ratusan atau mungkin jutaan kali dalam kehidupan kita di muka bumi ini, namun, apakah kita yang telah mendengar kata sehat berjuta kali baik dalam bahasa asli atau bahasa asing sudah mengerti paling tidak pengertian atau bahkan konsep sehat ?.
          Dalam kamus "oxford Advanced Learner's dictionary" kata health atau healthy yang dalam bahasa Indonesia biasa diterjemahkan menjadi sehat atau kesehatan, "Health / noun / 1. the condition of person's body or mind 2. the state of being physically and mentally healthy" sedangkan Healthy "Healthy / Adjebctive/ having good health and not likely to become ill".
          Dari penjelasan dalam kamus tersebut pastilah kita sudah dapat paling tidak mengerti apa itu sehat dan atau kesehatan, jadi sehat adalah "memiliki kesehatan yang baik dan kemungkinan tidak akan sakit" sedangkan kesehatan adalah " kondisi fisik dan mental yang sehat". Jadi, intinya adalah bahwa sehat merupakan kondisi fisik maupun mental seseorang yang tidak mengalami sakit atau kelainan yang menyebabkan seseorang itu menjadi sakit.

Sejarah perkembangan kesehatan mental
          Kesehatan mental merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Ada sebuah kutipan puisi dari jaman romawi yang berbunyi "mens sana in corpore sano" yang bisa diartikan sebagai "dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat" atau "jiwa/pemikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat", jadi dari sedikit kutipan tadi kita paling tidak bisa tahu bahwa ornag-orang jaman  kerajaan romawi pun sudah peduli terhadap kesehatan mental.
Sejarah kesehatan mental bisa dimulai dari jaman mesir kuno hingga jaman modern, telah diketahui bahwa pada jaman mesir kuno manusia sudah mkengenal kesehatan mental, namun pandangan mereka tentang ketidak sehatan mental masih berhubungan dengan hal-hal magis, dan itu pun masih terus berlanjut bahkan hingga akhir abad pertengahan atau sekitar akhir abad ke-18. Orang-orang dari berbagai kebudayaan pada saat itu percaya bahwa penyebab dari penyakit mental adalah adanya ketidak seimbangan antara jiwa dan raga, atau dalam beberapa kebudayaan dianggap sebagai sebuah pengaruh buruk dari iblis, setan dan atau jin, bahkan di abad pertengahan orang yang mengalami gangguan mental banyak yang mati karena dianggap telah dirasuki oleh setan dan disiksa agar setan itu keluar.
Namun, hal tersebut berakhir pada akhir abad ke-19 dimana pada saat itu ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan persepsi terhadap ketidaksehatan mental pun berubah dari magis menjadi logis dengan adanya psikiatri. Misalnya, Sigmund freud bisa menjelaskan kasus Hysteria yang dulu dianggap sebagai sebuah fenomena kesurupan dan kemasukan setan, tetapi Freud bisa menjelaskannya melalui syaraf syaraf dan kemudian ia mempelajari psikologi dan bisa menjelaskannya melalui psikologi.

Teori Kepribadian Sehat Menurut Beberapa Aliran
Dalam psikologi dikenal berbagai macam aliran dengan teorinya yang berbeda-beda, begitu juga dengan pengertian kepribadian yang normal berbeda-beda pada tiap aliran.

Menurut Psikoanalisa:
Kepribadian yang normal (sehat).
  • Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
  • Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
  •  Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. (Prayitno, dalam Ifdil)

Menurut Behaviorisme:
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Prinsip dasar behaviorisme:
  • Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak.
  • Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
  • Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
  • Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
  • Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
  • Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.

Menurut Humanistik:
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.
Kepribadian yang sehat menurut humanistic, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
  • Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
  • Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
  • Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
  • Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
  • Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
  • Memikul tanggung jawab.
  • Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
  • Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.